Kamis, 30 Maret 2017

Sebuah Kulkas Penjelajah Waktu Dari Ayah

Pada hari dimana aku mulai masuk jenjang sekolah yaitu mas ataman kanak-kanak (TK) aku merasa mlai merasakan sedikit demi sedikit sendirian tanpa orang tua di tempat luas tanpa pendamping atau orang yang aku kenal. Di kala saat aku mulai mendaftar, membeli seragam, membeli segala kebutuhan untuk pertama kali memasuki jenjang pendidikan awalnya aku senang dan riang, seperti anak kecil pada umumnya segalanya dilakukan jika dia merasa senang. Hari pertama saat masuk ke sebuah tempat dengan bangunan yang berwarna warnni dan banyak sekali penjaja makanan di sekitar area sekolah, aku melihat begitu banyak keramaian, tangisan, jeritan, aku hanya bisa menggenggam tangan ayahku saat awal masuk ke TK,entah apa yang harus aku lakukan kala itu, namun satu hal yang aku tahu yaitu kenapa aku harus disini, kenapa aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini, entah kenapa saat itu aku merasa tidak tau apa yang aku lakukan, entah itu terjadi pada aku saja atau smeua anak mengalami itu. Ayahku satu- satunya tangan yang aku genggam pun kemudian mulai mengucapkan “Ayah harus berangkat ngajar, kamu sekolah dulu ya nanti ayah jemput” pertanyaan yang membuatku terdiam dan aku tiba-tiba mulai merasakan terenyuh saat perlahan ayahku mulai melepaskan tanganku dari genggamannya aku mulai mengejar ayahku kembali dan mengatakan  suatu hal “aku pulang aja yah”, ayahku langsung kemudian tersenyum dan kembali mengatakan “disini tempat kamu belajar dan mulai kenal dengan apa itu guru dan teman, mana yang benar dan salah, dan tempat untuk kamu bermain” kemudian aku mulai terdiam denga maksud mengiyakan perkataan ayahku itu, dengan ramahnya seorang wanita yang disebut guru itu menyapa “ Selamat pagi anak-anak” aku mulai mengerti orang tua itu adalah guru entah fungsinya apa tapi aku ingin tetap pulang dan mengarungi hari petama hanya dengan –diam-.
Saat jam pelajaran usaipun aku meninggalkan kelas tanpa melihat dimana guru itu tadi dan aku piker aku yang pertama kali meninggalkan kelas dan tanpa –berpamitan- lantas akupun dipanggil dan diajarkan apa itu arti sebuah kata permisi.
Sepulangnya dari sekoah aku pun mengatakan pada ayahku besok aku mau main sama ibu, lantas ayahkupun hanya tersenyum dan mengajakku ke dalam sebuah minimarket yang ayahku tau aku senang berada disana karena suhunya yang dingin, ayahkupun lantas membeli sebuah mainan dan langsung mengajakku keluar, memang kadang sekalipun aku tidak membeli apa-apapun yang penting masuk ke minimarket yang dingin pun aku sudah sangat senang.
Setibanya dirumah aku langsung digantikan ibuku baju dan mulai menceritakan, bukan menceritakan awal masuk sekolah tetapi menceritakan perjalananku pulang yang sempat menghampiri minimarket yang dingin dan aku berlarian disana, karna mungkin ibuku sudah tau bahwa aku tidak suka sekolah karena malamnya aku mulai menangis karena aku berpikir sekolah itu buang buang waktu main sama ibu dan nonton tv.
Selang berapa waktu ibuku yang begitu hafal dengan kebiasaanku dan kesukaanku dengan tempat dingin, dan akhirnya suatu saat ibuku pun membeli sebuah kulkas, dengan pemikiran positif bahwa itu untukku yang suka dingin karna dulu masih belum ada AC. Tapi akhirnya ibuku juga bilang kalo itu buat ngawetin makanan supaya bisa lebih higienis dan awet juga menjaga kesegaran makanan yang ada di dalamnya supaya tidak cepat busuk, nah selain itu juga karena di desaku waktu itu masih belum ada kulkas atau almari pendingin sehingga ibukupun berinisiatif untuk berjualan es batu dan juga sebuah es lilin untuk dijual ketetangga-tetangga karna sering sekali banyak yang membutuhkan es batu dan juga untuk tambahan es lilin juga.
Sampai saat ini aku yang sudah berada di bangku kuliah masih menggunakan kulkas sejak aku TK waktu itu, hari demi hari aku masih bersama kulkasku yang dulu sampai pernah mengganti lampu kulkas yang berwarna kuning yang selalu aku lihat ketika dia akan menutup dan lampunya mati. Hingga pernah sekali tertusuk pisau di bagian freezer karena bunga es yang terlalu banyak dan sampai sekarang masih tidak maksimal dalam mendinginkan atau mengawetkan karna mesin yang ada di dalam kulkas yang kata ibuku untuk membuat dingin sudah hamper rusak kaki untuk penyangganya pun sudah patah tapi kami tetap memakainya.
Untuk itu di event elevania ini aku ingin mempersembahkan sebuah kulkas http://www.elevenia.co.id/ctg-kulkas untuk ayah dan ibuku karena dimataku ayahku yang memerlukan kesegaran saat pulang bekerja dan juga ibuku untuk mengawetkan makanan dan daging di kala hari raya qurban tiba tidak terlalu gelisah. aku hanya banyak berharap selagi di bangku kuliah aku sudah bisa membantu kedua orang tua, membanggakan dengan menang suatu perlombaan untuk membantu masuk universitas pun aku sudah beryukur sekali. Untuk kedua orang tuaku yang tercinta ku tuliskan sebuah sepenggal kenangan yang mungkin tak semuanya masih kalian ingat ya, adel sayang ayah ibu J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar