Bukan dengan
sakit kita malas melakukan sesuatu tetapi dengan sakit kita harus mampu
tunjukkan apa yang kita tuju..
Karena
apa yang akan kita capai kelak bergantung dengan apa yang kita lakukan
sekarang..
Simak kisah
inspiratif berikut ini
Seperti
yang dilansir oleh UNAIR NEWS - Rahma Nuryanti,S.Si., MA., tidak henti-hentinya mengungkapkan rasa syukur
kepada Allah yang Maha Kuasa. Pasalnya, dalam perjalanan menempuh studi
magister di UNAIR, wisudawan kelahiran Surabaya 14 Maret 1985 ini harus
menjalani perawatan kemoterapi di Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo karena kanker
yang dideritanya. Tidak ada yang bisa mengalahkan kehendak-NYA, karena itu ia
terus berusaha dan rajin kontrol. Tahun 2015 Rahma dinyatakan sembuh, bahkan di
semester III itu juga dinyatakan hamil.
“Pada masa kehamilan saya
mengalami hyperemesis, namun saya bersyukur karena bisa
menyelesaikan semester III dengan IPK yang baik pula. Kemudian pada masa
kehamilan 8-9 bulan saya menyusun proposal tesis, supaya bisa menyelesaikan
studi sesuai waktu yang kami jadwalkan,” jelasnya.
Meski sempat divonis kanker, ia
tak lantas berdiam diri. Selama kuliah ia aktif menyibukkan diri dengan
menjalani tugas di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur. Bungsu dari
dua bersaudara ini juga memiliki tips dan trik untuk merampungkan kuliahnya
dengan baik. Mulai dari mengatur waktu dan memanfaatkan fasilitas kampus dengan maksimal.
”Jangan pernah membuang waktu
dengan percuma,” pesannya. Perihal karya ilmiah, perempuan hobi membaca
ini selalu mengutamakan orisinalitas dan keunikan ide. Itulah yang menjadi
salah satu alasan tesisnya yang berjudul “Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern:
Aspek Formal dan Aspek Informal (Studi Kasus BPS Provinsi Jawa Timur)” yang
bisa menunjang menyabet gelar wisudawan terbaik dengan IPK 3.90. Alasan Rahma
memilih judul tersebut dilandasi kondisi di lapangan yang masih sedikit sektor
publik dalam penyelenggaraan sistem pengendalian intern.
“Penelitian ini saya ambil
mengenai sistem pengendalian intern di sektor publik, karena masih sedikit dan
hanya membahas mengenai aspek pengendalian formal saja. Tetapi belum menyentuh
mengenai peranan manusia sebagai individu yang memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan SPI,” demikian Rahma. (*)
Penulis UNAIR NEWS: Nuri Hermawan
Editor UNAIR NEWS : Faridah Hariani